‘Setiap orang adalah penulis’
kalimat itu nampaknya sudah umum terdengar di telinga kita. Namun saya belum
menemukan siapa gerangan yang memproklamirkan kata-kata tersebut. Namun kenyataannya
tidak semua orang mau melakukan pekerjaan itu, dengan alasan yang beragam. Katanya
gak bisa-lah, malas, gak punya waktu, gak penting, dan lain sebagainya.
Kadangkala saya pribadi pun
berpikiran seperti itu. Sebelumnya, saya menulis pun karena dipaksa oleh
keadaan. Dikelilingi oleh orang-orang yang menyebalkan, didatangi oleh berbagai
masalah yang melelahkan, namun karena saya tipikal anak pendiam, tidak hobi
berteriak-teriak murka, saya jadi bingung ingin meluapkan segala rasa yang
memenuhi dada ini ke siapa? Sedangkan pada waktu itu sahabat yang biasanya
adalah wadah terpercaya untuk berbagi duka maupun suka, berbagi cerita, sedang
tidak akur dengan saya.
Pada akhirnya saya memutuskan untuk
menulis. Di sana saya bebas berkoar-koar mencurahkan perasaan. Mulai dari
bercerita tentang sikap teman-teman yang menyebalkan, kejadian yang
menyenangkan dan menyedihkan, hingga isi sms dengan seseorang pun saya
abadikan. Ya, saya pikir jika kelak daya ingatan saya melemah saya bisa
mengenang masa-masa yang telah dilalui dengan membaca catatan yang saya buat.
Berhubung di pesantren tidak ada
wadah untuk menyalurkan minat menulis, jadi saya nulis taunya ya nulis diary. Tingkatan
paling tingginya menulis cerpen, itu pun saya lakukan tanpa landasan teori. Asal
nulis, tanpa aturan.
Dan ketika saya keluar dari
pesantren, melihat banyak sekali komunitas yang menawarkan lomba dan pelatihan
kepenulisan di FaceBook saya pun mulai kepo. Apalagi semua itu tidak berbayar, Cuma
bermodal hp dan kuota. Siapa yang tidak tergiur coba?
Sempat mengikuti kelas menulis yang
kebetulan waktu itu saya masuk kelompok
Grade B. Kegiatannya berlangsung di grup FB. Masing-masing anggota
diberi link, di sana peserta mengirim tugas karya di kolom komentar link
masing-masing. Sedangkan mentor kelas membagikan pembahasan materi dengan
ngepost tulisan, sedangkan yang ingin bertanya menulis di kolom komentar. Suasana
kelas tertib dan pembelajarannya asik, sayang tiba-tiba di tengah perjalan
mentor yang membimbing kami tiba-tiba pergi tanpa kabar dan pamit. Kelas mati. Bahkan
beberapa bulan kemudian akun dari sang mentor juga menghilang. Grup-grup
kepenulisan juga sama nasibnya. Lenyap, karya-karya kami entah bersembunyi di
mana. Pasrah.
******
Dan.... hingga akhirnya tak sengaja
saya melihat ada seorang kawan yang menshare status tentang ODOP. Setelah saya
kepoin, saya mulai tertarik dan bertekad jika dibuka pendaftaran peserta saya
harus ikut. Alhamdulillah akhirnya impian saya terwujud, saya masuk batch 5.
ODOP
merupakan kepanjangan dari One Day One Post. Sebuah komunitas yang didirikan
oleh Bang Syaiful Hadi, atau akrab dipanggil Bang Syaiha. Komunitas ini yang
mewajibkan kepada pesertanya untuk menulis setiap hari di blog masing-masing. Untuk
masuk ke dalam komunitas ini dibutuhkan mental dan kemauan yang kuat. Urusan bisa
menulis atau tidak itu belakangan. Yang penting pokoknya menulis.
Pembelajaran
di ODOP itu menurut saya santai tapi serius. Setelah pendaftaran, kami masuk ke
dalam grup WA. Di sana terbagi menjadi tiga macam grup. Grup besar, untuk membahas
materi di setiap hari Senin dan Jum’at. Grup kecil khusus untuk bedah tulisan,
setiap hari Selasa-Kamis. Dan yang terakhir adalah Grup untuk setoran link
hasil tulisan peserta di blog. Jenis tulisan yang dipost di blogg tidak
ditentukan genrenya. Namun, dalam satu minggu ada tantangan untuk menulis yang
sesuai dengan ketentuan pengurus. Bisa berupa cerpen, artikel dan lain-lain.
Jenis tulisan dari tantangan biasanya sejalan dengan materi yang sudah dipaparkan
sebelumnya.
Sistem yang digunakan
dalam komunitas ini adalah seleksi. Jadi apabila ada peserta yang tidak laporan
memposting tulisan selama tiga kali dalam seminggu. Di hari senin siap-siap
harus merapikan barang-barang dan menuju pintu keluar. Karena di sini bukanlah
tempat untuk bermalas-malasan dan tidak menaati aturan.
Di ODOP
peserta tidak hanya dituntut untuk membiasakan menulis, tetapi kami juga
dituntut untuk membaca setiap hari dengan mengunjungi blog teman-teman yang
sudah ditetapkan. Karena, syarat menjadi penulis yang baik adalah dengan cara
membaca. Jadi, membaca merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi jika ingin
menghasilkan tulisan yang baik.
Bergabung
dengan ODOP banyak sekali manfaat yang saya dapatkan. Selain ilmu tentang
kepenulisan, di sini saya juga mendapatkan teman baru yang asik, saling
menyuport satu sama lain, ramah, perhatian, baik hati, sholeh dan sholehah,
tentunya ganteng dan cantik. Teman-teman di sini juga beragam usia dan
profesinya, ada yang jadi guru, PNS, pengusaha, mahasiswa, pelajar, dan mamah
muda. Dengan keberagaman yang ada, saya jadi mendapatkan ilmu yang beragam
juga. Karena tulisan satu dengan yang lain menyajikan topik yang berbeda dan
memiliki ciri khasnya masing-masing. Dan yang paling terpenting saya bisa
membuktikan bahwa menulis setiap hari itu mudah jika sudah terbiasa.
Jadi,
bagi kamu-kamu-kamu yang ingin membentuk kebiasaan menulis jangan ragu-ragu
untuk gabung ke ODOP ya! Dijamin tidak akan menyesal. Karena komunitas ini
adalah wadah positif untuk membangun semangat literasi.
#OneDayOnePost
#ODOPbatch5
#TANTANGAN