Tuhan, Aku Sungguh Malu



            Tuhan, aku sungguh malu. Di hadapan mereka aku terpandang mulia, dihormati lagi disegani. Pujian sering kali membanjiri. Kekaguman diungkapkan terang-terangan. Semua itu terjadi karena mereka tidak tahu menahu mengenai apa yang sebenarnya ada pada diri. Dan betapa sesungguhnya aku tidak pantas menyandang semua gelar yang mereka beri. Tersebab terlalu hinanya diri ini.

            Tuhan, aku sungguh malu. Di hadapan mereka rapat-rapat kusembunyikan dosa. Jerih payah aku berusaha menutupinya. Hingga tabir yang bernama ‘kebohongan’ itu aku kenakan demi menyelimuti dosa-dosa, hingga semua tak kasat mata. 

            Tuhan, aku sungguh malu. Di hadapan mereka aku menjadi teladan yang selalu di damba, juga dipuja-puja. Padahal, sesungguhnya bisa jadi aku bahkan lebih buruk dari mereka yang selalu memandangku baik. 

            Pepatah itu benar. Bahwa sepandai-pandainya  menyembunyikan bangkai pasti akan tercium juga baunya. Usaha yang sungguh sia-sia. Saat semua yang menjadi rahasia antara diriku dengan-Mu diketahui masa, seketika itu juga mereka langsung menjauh. Cacian juga hinaan tak henti-hentinya menghampiri. 

Sungguh, aku bahkan tidak yakin pada saat itu apakah Kau masih perkenankan diri tuk melihat mentari. Nyawaku bagaikan berada di ambang antara hidup dan mati. Pada saat itu, aku pasrahkan diri dan lapangkan hati. Jika memang Kau sudah muak aku berdiri di muka bumi, kelak aku harus bisa menerima segala balasan atas apa yang telah kuperbuat di dunia.

            Tapi, ternyata apa yang kukhawatirkan tidak benar-benar terjadi. Kau selamatkan aku dari kemurkaan masa. Betapa aku sungguh malu. Dengan begitu banyaknya catatan hitam di lembaran amal, begitu dahulu membangkangnya aku terhadap segala seruan juga perintah-Mu yang jelas termaktub dalam kitab. Tapi, tetap saja sifat ar-Rahim-Mu tercurah. Sungguh! Betapa malunya aku.

            Dan, kini... masih pantaskah aku tuk memohon ampunan? Masih pantaskah aku menghadap kepada-Mu dengan terang-terangan memanggul dosa yang kurasa sudah tak lagi dapat diperhitungkan dengan statistika manusia? Sungguh! Betapa aku sangat malu kepada-Mu.