MENITIP RASA
Tuhan,
nyatanya tetap saja aku tak bisa. Aku terlalu lemah untuk melawan perasaan ini.
Aku terlalu payah. “Jangan menangis! Kamu sudah berjanji untuk tidak lagi
menangisi hal kecil. Terlebih lagi tentang perasaan. Berhentilah, kumohon!”
begitulah teriakan hati kecilku di setiap memori tentangnya tiba-tiba muncul. Tetapi,
tetap saja. Karena pada akhirnya, bulir air mata berjatuhan tanpa diaba-aba.
Sungguh menyebalkan! Dan aku tak bisa mengelak dari hal ini.
Tuhan,
apakah ini perasaan yang kebanyakan manusia menyebutnya cinta? Ah, jika
benar, maka kumohon ambil saja perasaan ini. Perasaan yang kian hari rasanya
membuat aku lelah menanggungnya.
Bukannya
aku menolak fitrah yang Kau anugerahkan. Hanya saja, saat ini aku sedang tak
ingin menduakan cinta. Inginku hanya Kau semata yang bertahta di puncak teratas
sanubari ini. Tidak untuk dia. Dia yang belum tentu juga memiliki rasa yang
sama.
Aku
memang tak tahu tersebab apa Kau takdirkan hatiku memilihnya. Padahal, dia
mungkin saja sama sekali tak pernah menyadari akan rasa yang kini sedang
kujaga. Terlebih menyakitkan lagi, setelah dia mengumumkan kepada dunia bahwa
setengah hatinya telah ia berikan kepada seorang wanita. Dan tentu, wanita yang
kini tengah berdiri di sampingnya bukanlah aku.
Selama
ini aku hanya dapat memandanginya dari jauh. Dan setelah aku tahu dia sudah ada
yang punya, aku terus berjuang memadamkan rasa yang telah telanjur berkobar di
dalam dada. Tapi, nyatanya aku selalu tak bisa. Memang benar, di mata manusia
wanita itu adalah kekasihnya. Tapi, entahlah bagaimana Tuhan memandang wanita
di sampingnya. Kadang kala, setengah hatiku berteriak tuk menghapus namanya. Tapi,
setengah yang lain meminta agar bersabar dalam memelihara rasa yang kupunya.
Baiklah,
aku akan berusaha tuk ikhlas menerima apa yang menjadi kehendak-Mu Tuhan. Tapi,
tolong kabulkan satu pintaku. Ya! Hanya satu saja. Jika memang Kau enggan
mengambil, menghapus, melenyapkan perasaan yang tengah Kau fitrahkan kepadaku.
Maka, izinkan aku tuk sekedar menitip rasa ini. Karena sesungguhnya aku
benar-benar tak mampu menggenggamnya seorang diri. Apalah dayaku, aku hanyalah
makhluk-Mu yang lemah. Untuk selanjutnya, aku pasrahkan segalanya kepada-Mu.
#OneDayOnePost
#ODOPbatch5
Jangan menangis ya saudariku. Be strong
BalasHapusKadang yang disebut cinta itu cuma permainan hati
Iya Kakak. Aku sudah tidak menangis lagi kok. :)
Hapus